Sarcasm shut off someone's identity
10:15 PM
Hello world, kali ini aku ingin menulis tentang mencibir, menghina, atau mengejek. Mungkin banyak yang menganggap kalau ketiga itu adalah hal yang biasa apalagi kalau dilakukan oleh teman sendiri. Tetapi, kita harus berpikir, apakah kata-kata yang kita keluarkan itu sudah tepat dikeluarkan pada momen yang pas? Bagaimana jika orang yang kita ejek/hina/cibir itu sedang tidak ingin dilakukan seperti itu? Even dengan teman terdekat sekali pun.
1st Words : "Haha.."
Kalau mendengar kata itu seharusnya kita menjadi lebih senang dan gembira. Karena kata itu adalah kata yang mencerminkan bahwa kita sedang bahagia. Tetapi, bagaimana jika kata itu keluar untuk mengejek atau menghina orang lain? Apakah orang yang diejek atau dihina akan merasa gembira atau senang?
Mungkin kita memang sudah sering mendengar seseorang mengejek atau menghina orang lain. Mungkin kita melakukan itu niatnya adalah bercanda. Seperti mengeluarkan kata-kata seperti ini :
2nd Words : "Ih kok loe mau sih sama dia?"
3rd Words : "Kasian banget deh nggak ada yang mau sama loe"
4th Words : "Loe itu harusnya sadar, loe itu siapa. Dia siapa. Please deh"
Kita sering mendengar kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut Tapi, apakah kita pernah memahami isi hati dan perasaan dari orang yang kita bilang seperti itu? Mungkin saja dia ikut tertawa. Mungkin saja dia cengar-cengir.
Tapi bagaimana dengan yang ada di dalam hatinya?
Mungkinkah dia menangis? Mungkinkah dia kecewa? Mungkinkah dia sedih? Dan mungkinkah dia terluka?
Dari survey yang telah dilakukan, hinaan atau cemooh atau ejekan dapat menjadikan seseorang yang tadinya percaya diri, seseorang yang tadinya bersyukur, seseorang yang tadinya fine-fine saja menjadi seseorang yang rendah diri. Menjadi seseorang yang akan selalu "minder" dan akan sulit untuk menyukai dirinya sendiri.
Mulut dan bibir rasanya sangat mudah untuk tertawa atau mencibir jika melihat kekonyolan atau kekurangan yang dimiliki oleh orang lain. Padahal, belum tentu dia bertindak konyol atau terdapat kekurangan tersebut hanya untuk dihina, diejek, atau dicibir. Seharusnya kita berkaca dengan diri kita sendiri. Apakah kita sudah lebih baik dari dia? Apakah kita sudah lebih cantik dari dia? Opps, ini bukanlah soal kecantikan fisik. Melainkan tentang hati seseorang. Jadi, maaf. Kata-kata apakah kita sudah lebih cantik dari dia harus aku hapus.
Cobalah untuk lebih mengerti perasaan orang yang kita ajak bicara. Cobalah untuk lebih memahami perasaan orang yang sedang kita ejek, hina, atau cibir.
Apakah dia pantas untuk diejek, dihina, atau dicibir sementara dia tidak melakukan kesalahan apa pun seperti menyakiti hati orang lain?
love,
Sylvia
0 Comments