Dulu, Sekarang, Dan Selamanya

7:52 AM

Ketika bibir tak sanggup untuk berbicara
Ketika tangan tak sanggup untuk meraih
Ketika lisan tak sanggup untuk berucap
Maka saat itulah kelemahan menguasai dirimu

Aku berfikir semua telah usai
Yang lalu, biarlah menjadi yang lalu
Tapi,
Semua belum berhenti sampai di sini
Yang lalu, ternyata masih menjadi cerita hidupnya

Akankah aku harus berlari atau berhenti?
Aku sungguh tak mengerti akan kehidupan ini
Kadang aku merasa seperti sedang dipermainkan
Kadang aku merasa pula seperti sedang ditertawakan

Hidup memang tidak selalu seperti yang diinginkan
Aku pun tak hidup dalam dunia dongeng
Seorang putri cantik bertemu dengan pangeran pujaannya
Menikah dan hidup berbahagia
Tapi, aku mengerti, hidup bukanlah seperti itu
Hidup bukanlah soal hanya kebahagiaan
Hidup juga bukanlah soal mimpi indah

Lagi, untuk sekian kalinya Kau menamparku
Sekian kalinya Kau mencoba untuk menyentuhku
Tapi, kenapa harus dengan masalah yang sama?
Kau tahu betapa aku sangat tersiksa akan tamparan-Mu ini

10 tahun aku mencoba melupakan semuanya
10 tahun aku kubur dalam-dalam memori itu
Menyakitkan, tersiksa, dan hitamnya hidup ini
Pedih, luka, sampai aku tak bisa bernafas

Bolehkah hari ini aku mengeluh pada-Mu  ya Allah?
Engkau Maha Baik, Engkau Penolong setiap umat-Mu
Mengapa Kau tidak membiarkan aku untuk berbahagia?
Mengapa Kau suka sekali menghukum diriku?

Apakah Engkau ingin mengajarkanku tentang arti kesabaran?
10 tahun aku berusaha ikhlas dan sabar menghadapi ujian-Mu
Apakah itu belum cukup bagi-Mu ya Allah?

Jika ya, bantu aku untuk mencukupkannya ya Allah
Bantu aku untuk selalu bersyukur
Bantu aku untuk selalu bisa membuka mataku
Bahwa Kau tidak pernah meninggalkan diriku
Bahwa Kau akan selalu menyayangiku
Bahwa Kau datangkan ini hanya untuk melihat-Ku semakin bertaqwa pada-Mu




Love,
Sylvia

Kisah Ashabul Ukhdud : Orang Beriman Dibakar Hidup-hidup dalam Parit

2:01 AM

Alhasil, dikisahkan adanya orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang beriman ini tetap teguh pada keimanan dan keyakinannya kepada Allah SWT, sehingga raja di masa itu marah dan kemudian membakar mereka hidup-hidup. Kisah ini dikenal dengan kisah "Ashabul Ukhdud". Suatu kaum yang dilaknat oleh Allah SWT. Dan kisah ini tertuang dalam Al-Qur'an.

“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

 (QS. Al Buruj:4-9)

Kisah ini kemudian diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya.
Dahulu hiduplah seorang Raja kafir dari golongan umat sebelum kalian. Ia mempunyai seorang tukang sihir. Tukang sihir itu pun meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya kepada Raja tersebut. Maka, seorang anak diutas padanya. Tukang sihir pun mengajari anak tersebut. Anak tersebut kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda dan tinggal pada suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir itu berada.

Di tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah seorang Rahib yang beriman kepada Allah SWT. Ia hidup mengasingkan diri dari masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai sesembahan.

Setiap kali pemuda tersebut melewati tempat rahib ini, ia tertarik mendengar ajaran-ajaran yang dianut rahib tersebut. Ia pun kemudian mempelajari dua ilmu yang tidak akan bersatu, ilmu sihir dan ilmu agama.

Suatu hari, pemuda tersebut melihat binatang besar yang menghalangi perjalanan manusia. Maka, pemuda tersebut ingin meguji : Manakah ajaran yang lebih utama, ajaran rahib atau tukang sihir?

Berdo'alah pemuda tersebut kepada Allah SWT.
"Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang dibawa oleh rahib daripada apa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, supaya manusia bebas dari  gangguannya."

Ia kemudian melempar binatang tersebut dengan batu, sehingga binatang itu mati seketika. Pemuda itu kemudian yakin tentang keutamaan dan kebenaran ajaran sang rahib. Dia kemudian mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib pun berkata :

"Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya, engkau akan mendapatkan cobaan. Maka, jika benar demikian, janganlah menyebut namaku."

Waktu terus berlalu. Si pemuda menjadi orang terkenal yang mahir mengobati orang yang buta, sakit belang, dan berbagai penyakit lainnya. Suatu ketika, datang seorang pejabat yang sangat dekat dengan raja. Dengan membawa banyak hadiah, dia minta agar dapat disembuhkan kebutaannya.

"Hadiah-hadiah yang aku bawa ini kuberikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkanku."
"Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Allah lah yang menyembuhkan. Apabila engkau beriman kepada Allah, aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkan dirimu"

Kemudian pejabat itu beriman kepada Allah SWT dan Allah SWT menyembuhkan sakitnya. Pejabat kemudian pulang ke rumah dan bertemu raja. Raja begitu kaget melihat dirinya telah sembuh.

"Siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu?"
"Rabbku."
"Apakah kamu mempunyai Rabb selain aku?
"Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT."

Seketika itu pula ia disiksa dan terus disiksa sampai akhirnya ia menunjukkan keberadaan si pemuda yang terkenal tersebut. Pemuda tersebut ditangkap dan dihadapkan kepada Raja.

"Wahai anakku, sungguh sihirmu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan berbagai penyakit."
"Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Allah-lah yang menyembuhkan."

Pemuda itu kemudian disiksa dan akhirnya pemuda menunjukkan keberadaan sang rahib. Sang rahib kemudian ditangkap dan dipaksa untuk kembali ke agama sang raja.

Sang rahib menolak dan memilih tetap berada di agama Allah SWT. Maka, sang raja membunuh rahib dengan cara yang keji. Sang raja menggergajinya sehingga terbelah  menjadi 2 bagian. Tidak berbeda pula dengan nasib sang penjabat, ia pun dibunuh dengan digergaji menjadi 2 bagian juga.

Kemudian giliran si pemuda. "Kembalikan pada ajaranmu."

Ia enggan. Kemudian pemuda itu diserahkan ke pasukan raja.
"Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu, dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajaranku, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” 

Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. 
Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” 

Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja.

“Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” 
“Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.” 

Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya.

"Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajaranku, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” 

Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a. “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” 

Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. 

“Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?”
“Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.” 

Dengan penuh pertimbangan, akhirnya si pemuda memberitahukan kepada raja cara membunuh dirinya, ia berkata kepada raja, 

“Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian katakanlah ‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini’ dan panahlah aku dengannya.” 

Sang raja pun melakukan perintah si pemuda. Ia menginginkan untuk segera menghabisinya. Raja tidak mengetahui rencana Allah yang Maha Mengetahui. Dikumpulkanlah manusia pada suatu tempat, ia ambil anak panah dari tempat anak panah si pemuda, kemudian ia panah si pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini.” 

Anak panah melesat tepat mengenai pelipis si pemuda. Dengan izin Allah matilah pemuda itu di tangan raja. Namun tanpa diduga oleh raja, rakyat yang menyaksikan peristiwa ini pun serta merta beriman kepada Allah. Mereka mengatakan, 

"Kami beriman dengan Rabb anak ini, kami beriman dengan Rabb anak ini."

Seorang penasihat berbisik kepada raja: “Lihatlah, apa yang tuan khawatirkan kini benar-benar terjadi. Orang-orang telah beriman semuanya (kepada Allah, Rabb-nya si anak muda)!” 

Setelah itu raja memerintah agar dibuat parit di sekeliling tanah lapang itu. Setelah parit digali, api dinyalakan. Raja berkata: “Siapa yang tidak mau kembali dari agamanya (kepada agama aku), maka lemparkanlah dia kedalam (parit yang dinyalakan api)!” Atau dikatakan: “Terjunlah ke dalamnya!” 

Maka mereka semua (yang beriman kepada Allah SWT) terjun ke dalam parit yang dinyalakan api tersebut. Tiba, giliran seorang ibu yang sedang menggendong bayi mungil. Wanita itu dipaksa untuk memilih antara dua pilihan. Ia masuk kedalam api tersebut dalam keadaan beriman kepada Allah SWT ataukah jiwanya selamat namun dia harus kembali kepada kekafiran. 

Demi melihat kobaran api yang menyala, timbul dari dalam dirinya keraguan dan rasa takut untuk tetap berada dalam keimanan. Ia tidak tega melihat keadaan anaknya yang dalam gendongannya. Apakah jiwa yang masih suci ini harus mati bersamanya. 

Allah SWT pun memberikan kemampuan kepada bayi tersebut untuk berbicara. 
”Wahai ibuku! Bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran”."
(HR Muslim No. 3005)

Tatkala mendengar perkataan bayi tersebut, bulatlah tekad sang ibu untuk masuk ke dalam kobaran api mempertahankan keimanannya.”

Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah mereka ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal, bukanlah (Al Qur’an ini) sebagai ucapan yang diada-adakan, tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang terdahulu dan sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman.”

Kisah ini mengajarkan kita, terutama saya, bahwa hati kita ada di tangan Allah SWT. Allah SWT sesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberikan petunjuk pada siapa pun yang Dia kehendaki, layaknya si Pemuda tersebut. Allah SWT pun selalu memenangkan kebenaran dan menolong orang-orang yang selalu bersabar dan berpegang teguh pada kebenaran dan jalan-Nya. Semoga kita tergolong menjadi hamba-hamba-Nya selalu bersabar, yang akan selalu diberikan petunjuk oleh-Nya dan akan selalu berpegang teguh pada kebenaran, ajaran, dan jalan-Nya.
Aamiin Ya Rabbal Alamin...




Love,
Sylvia

Kisah Nabi Luth AS ; Kaum Sadum (Kaum Sodom)

12:23 AM

Nabi Luth AS, adalah salah satu nabi yang diutus untuk negeri Sadum dan Gomorrah. Nabi Luth adalah anak keponakan dari Nabi Ibraham AS. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada Kaum yang hidup di negeri Sadum, Syam, Palestina.

Allah SWT berfirman dalam surah QS. Asy-Syu'ara, 

  كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Luth telah mendustakan para rasul,
(QS. Asy-Syu'ara : 160)

 إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلا تَتَّقُونَ
ketika saudara mereka Luth berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?"
(QS. Asy-Syu'ara : 161)

 إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ 
Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
(QS. Asy-Syu'ara : 162)

 فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(QS. Asy-Syu'ara : 163)

 وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ 
الْعَالَمِينَ
Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam.
(QS. Asy-Syu'ara : 164)

Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah moral dan rusak akhlaknya. Mereka tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Maksiat, kemungkaran, pencurian, dan perampasan harta merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseksual atau liwath di kalangan lelaki dan lesbian di kalangan wanita. Musafir yang datang pun tidak selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang berharga, maka dirampaslah barangnya tersebut. Jika ia melawan, maka nyawa menjadi taruhannya. Akan tetapi, jika pendatang itu adalah seorang lelaki berwajah tampan dan berparas elok, maka ia akan menjadi rebutan di kalangan laki-laki dari mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan begitu pula sebaliknya.

Nabi Luth AS kemudian diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun, dakwahnya malah dilawan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Naml ayat 54-55:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji) padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?"
(QS. An-Naml : 54)

 أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”
(QS. An-Naml : 55)

Namun, bukannya menyembah kepada Allah SWT, kaum Luth justru mengatakan, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang (mendakwahkan dirinya) bersih." (QS. An-Naml : 56). 

Tindakan kaum Nabi Luth membuat hati beliau bersedih. mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Nabi Luth AS memerangi mereka dalam jihad yang besar. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun Nabi Luth AS terus berdakwah. Namun, tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, kecuali Isteri Nabi Luth AS yang kafir seperti Istri Nabi Nuh AS.

       "Allah SWT membuat Istri Nuh dan Istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka."
 (QS. at-Tahrim: 10)

Kehidupan Nabi Luth AS dipenuhi dengan penderitaan yang keras, namun Beliau tetap sabar atas kaumnya. Sampai akhirnya, mereka, kaum Luth mengejek ajarannya dan mengatakan :

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

"Apakah kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?. Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: 'Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar'"
(QS. Al-Ankabut : 29)

Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth AS berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ
Luth berdoa : “Ya Tuhanku tolonglah aku dengan menimpakan azab atas kaum yang berbuat kerusakan itu” 
(QS. Al-Ankabut : 30)

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Allah SW mengutus beberapa Malaikat untuk menurunkan azab terhadap kaum Nabi Luth AS yang durhaka dan meningkari Allah. Ketika datang kabar kepada Nabi Ibrahim AS akan dibinasakannya negeri Nabi Luth AS dengan kaumnya, karena penduduknya yang selalu durhaka dan maksiat, maka terperanjatlah Nabi Ibrahim AS. 

Firman Allah dalam Al Qur’an :
قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا ۚ قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا ۖ لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ
Berrkatalah Ibrahim : “Sesungguhnya di kota itu ada Luth”
Para malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)” 
(QS. Al-Ankabut : 32)

Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim AS menuju desa Nabi Luth AS. Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth AS berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak keheranan melihat kaum pria yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: 

"Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?"
"Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian."

Kemudian, sang anak pun berkata kepada Nabi Luth AS, "Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," 

Nabi Luth AS segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth AS melihat mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth AS tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: 

"Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini."

Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth AS dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.

Nabi Luth AS kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth AS memberitahu mereka bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth AS berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu tetap berjalan dalam keadaan diam. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth AS menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. 

Namun istrinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth AS menemuinya. Allah SWT kemudian berfirman:

"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." 
(QS. Hud: 77-78)

Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi Luth AS bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth AS.

Kaum Nabi Luth AS berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth AS keluar kepada mereka dengan penuh harap. 

"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." 
(QS. Hud: 78)

"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini."

"Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai pikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." 

Kaum Nabi Luth AS justru tertawa terbahak-bahak dan, 

"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" 
(QS. Hud: 79)

Nabi Luth AS merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth AS memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth AS tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth AS merasakan keheranan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, lalu Nabi Luth AS berteriak dalam keadaan kesal:

قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَىٰ رُكْنٍ شَدِيدٍ
"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."
 (QS. Hud: 80)

Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth AS mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka memberitahunya bahwa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat:

قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?"
(QS. Hud: 81)

Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu.
Azab Allah SWT pun mulai diberikan. Malaikat-malaikat tersebut pun menyuruh Nabi Luth AS untuk membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi kaumnya itu masuk. Namun sebaik sahaja pintu dibuka dan mereka masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu kerana mata mereka menjadi buta. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata mereka sudah menjadi buta.  Ya, Malaikat Jibril telah membutakan mata mereka, sebagaiaman Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :

وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
 (QS. al-Qamar: 37)

وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُسْتَقِرٌّ
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal.
(QS. al-Qamar: 38)

Lantas, Malaikat memerintahkan  kepada Nabi Luth AS agar meninggalkan segera negeri itu bersama keluarganya, kecuali isterinya, kerana masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan pada malam itu juga. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth AS dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.

Sewaktu fajar mula menyingsing, bergegar bumi dengan teramat dahsyatnya. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil (batu daripada api) yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua penghuninya. Lalu matilah mereka dan bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah S.W.T. Kesan dari bala Allah dapat dilihat hingga hari ani apabila penemuan sebahagian kaum nabi Lut yang telah dibinasakan oleh Allah keras menjadi batu.

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim. " 
(QS. Hud: 82-83)

Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. Istrinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. " 
(QS. Adz-Dzariyat: 35-37)

"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)." 
(QS. Al-Hijr: 76)

"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (behas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkannya." 
(QS. Ash-Shaffat: 137-138)

Maka, tamatlah riwayat kaum Nabi Luth AS dari bumi. Hal ini merupakan tanda bukti kekuasaan Allah SWT. Ada yang mengatakan bahwa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Ada yang mengatakan bahwa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit, yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth AS. 


Kisah Nabi Luth AS mengingatkan kita semua, termasuk saya, bahwa di bumi ini, tidak dikenal dengan yang namanya Homoseksual/Lesbian, yang kian marak pada masa saat ini. Ternyata, sebetulnya sudah jauh beberapa miliar tahun sebelumnya, homoseksual/lesbian tersebut sudah ada, yaitu pada masanya Nabi Luth AS. Sesungguhnya, homoseksual/lesbian sangat tidak diperbolehkan dalam agama Islam, bahkan dilaknat oleh Allah SWT. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik"
(QS. An Nur:26)

Hal ini berarti sudah sangat jelas bahwa disebutkan wanita untuk lelaki, bukan wanita untuk wanita dan begitu sebaliknya, lelaki untuk wanita, bukan lelaki untuk lelaki. Semoga kita terhindar dan dijauhkan dari orang-orang yang melanggar ketentuan Allah SWT tersebut. Dan semoga kita terlindung dari kemaksiatan, sehingga tidak ditimpa azab yang begitu pedih seperti pada cerita Nabi Luth AS. 

Aamiin Ya Rabbal Alamin...




Love,
Sylvia


Manusia Tersibuk Di Akhirat, Ya Rasulullah SAW

9:08 AM

Akhirat, kehidupan setelah dunia ini berakhir. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Pada dasarnya, seluruh umat manusia di dunia ini akan kembali ke pangkuan-Nya. Semua manusia akan kembali ke hadapan Allah SWT. Namun, apakah kita akan kembali bertemu dengan orang-orang yang kita cintai kelak di akhirat nantinya? Apakah orang-orang yang kita sayangi, yang kita cintai, akan membantu kita?
Tidak
Seorang suami akan lari meninggalkan istrinya, istri akan pergi meninggalkan suaminya, pasangan lari dari pasangannya, sahabat lari dari sahabatnya. Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Nuh, dan semua manusia, termasuk para Nabi tidak dapat menyelamatkan kita dan memperdulikan kita, kecuali satu manusia.
Ketika kita dibangkitkan, maka semua orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Hal ini karena apa? Karena kita takut akan diri kita sendiri dan sangat mementingkan diri kita sendiri.
Apakah kita bisa membantu orang lain? Tidak.
Apakah kita bisa mencegah orang lain untuk disiksa? Tidak.
Kita tidak akan melihat sebelah kanan ataupun sebelah kiri kita.

Pada hari itu, hanya ada satu manusia yang paling sibuk mondar-mandir. Hanya ada satu manusia yang sangat memperdulikan orang lain. Manusia itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi kita, Nabi seluruh umat Islam di dunia ini, 

Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.

Ketika di padang mahsyar, Nabi Muhammad SAW langsung mencari dimana umatnya berada.

"Mana umatku? Apakah kau umatku?"
"Ya, saya umatmu."
"Sini, sini, sini, ke sampingku..."

Satu per satu Nabi Muhammad SAW mengumpulkan umat-umatnya.Dan kemudian Nabi Muhammad SAW sujud di hadapan Allah SWT dengan sujud yang sangat lama, sampai Allah SWT berkata :


"Ya Muhammad, bangkitlah dari sujudmu. 
Minta, akan saya beri.
 Bangkitlah dari sujudmu."

"Ya Allah, aku tidak akan bangkit dari sujudku sebelum aku mendapatkan apa yang Engkau janjikan."
"Ya Muhammad, mintalah kepadaKu."
"Ya Allah, berikan kesempatan kepadaku untuk memberikan minuman kepada umat-umatku. Mereka kehausan ya Allah. Kasihan mereka, di bawah terik matahari. Mereka kepanasan."
'Ya Muhammad, ini telaga Al-Kautsar, berilah minum kepada umatmu."

Beliau memanggil umat-umatnya untuk memberikan minum kepada mereka satu per satu.

"Wahai umatku, umatku, umatku.."

Betapa luar biasanya kepedulian Nabi Muhammad SAW terhadap umat-umatnya. 
Sampai Rasulullah, yang sudah dijanjikan Surga Firdaus, sudah ditunjukkan kepadanya betapa nikmatnya Surga Firdaus.,
"Ini Surga untukmu ya Muhammad", tapi Beliau tidak senyum sedikit pun. Nabi Muhammad SAW tidak rela. Nabi Muhammad SAW ingin umat-umatnya ikut bersamanya masuk ke dalam surga nan indah tersebut. Nabi Muhammad SAW terus menerus bertanya, "Umatku dimana ya Allah?"

"Ini Firdaus."
"Umatku dimana ya Allah?"
"Umatmu ada di padang mahsyar."

Lantas, apa yang dilakukan oleh Nabi kita?
Nabi Muhammad SAW kembali pergi ke padang mahsyar untuk bertemu dengan umatnya. Beliau berikan lagi minuman kepada umat-umatnya yang kehausan. Karena sesungguhnya, setelah meminum satu teguk saat itu, maka kita tidak akan merasakan haus untuk selama-lamanya.

Nabi Muhammad SAW begitu bahagia bisa bertemu dengan umat-umatnya, bisa memberikan minum kepada umat-umatnya, seakan-akan Nabi Muhammad SAW sedang bertemu kekasih lamanya.

Ketika seorang ayah, seorang ibu, seorang kekasih meninggalkan kita, Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah meninggalkan, Beliau justru pergi sibuk mencari-cari kita.

"Dimana Fulan, dimana Fulan.."

Setelah memberikan minum, Nabi Muhammad SAW kembali sujud kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW sujud dalam waktu yang sangat lama, seraya menangis di hadapan Allah SWT.

"Ya Muhammad, kenapa engkau sujud lagi?"
"Ya Rabbi..Ya Rabbi..Ya Rabbi"
"Bangunlah Muhammad. Katakan apa yang kau minta, akan aku kabulkan."
"Ya Allah, selamatkanlah umatku dari sirat."

Kata Allah SWT, "Tunggulah mereka di ujung sirat."

Rasulullah pun menunggu di ujung sirat seraya mengatakan :

"Allahuma sallim sallim, Allahuma sallim sallim."
"Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah."

Maka, manusia yang amalnya banyak akan melewatinya. Namun, ada juga manusia yang jatuh ke dalam neraka. Ketika tahu masih banyak umatnya yang terjatuh dalam neraka, Nabi Muhammad SAW kembali sujud yang begitu lama di hadapan Allah SWT,

Allah SWT mengatakan, "Ya Muhammad, bangkitlah dari sujudmu. Apa yang engkau inginkan?"

"Ya Allah, selamatkanlah seseorang dari api neraka, yang di dalam hatinya terdapat iman, walaupun hanya sekecil biji kurma."

Allah SWT berkata, "Selamatkanlah mereka yang ada iman sekecil biji kurma di neraka."

Nabi Muhammad SAW kemudian langsung pergi ke pintu neraka, untuk mencari umatnya. Nabi Muhammad SAW berkata, "Wahai Malaikat, carilah umatku yang di dalam hatinya terdapat iman, walau sekecil biji kurma dan selamatkan mereka."

Malaikat pun mengeluarkan dan menyelamatkan manusia-manusia tersebut.

Ketika bertemu dengan Rasulullah SAW, keadaan mereka seperti habis di siksa luar biasa. Wajah dan tubuh mereka rusak parah. Nabi Muhammad SAW melihat mereka dengan penuh air mata. Nabi Muhammad SAW merasa kasihan, kemudian memeluk mereka dan mempersilahkan mereka memasuki surga.

Setelah selesai, Nabi Muhammad SAW bertanya, "Udah gak ada lagi Malaikat?"

"Tidak."

Nabi Muhammad SAW kembali lagi ke hadapan arash Allah SWT. Di bawah arash Allah SWT, Nabi Muhammad SAW kembali bersujud dan menangis.

Allah SWT bertanya, "Ya Muhammad, kenapa kau menangis?"

"Ya Allah, selamatkanlah umatku dari api neraka, di dalam hatinya terdapat iman, walau hanya sekecil biji jagung"

Allah SWT pun mengijinkan.

Nabi Muhammad SAW kemudian berlari kembali lagi ke neraka.

"Wahai Malaikat, keluarkan dan selamatkanlah manusia yang terdapat iman, walau sekecil biji jagung"

Sekian ribu, sekian juta umat Nabi Muhammad SAW pun terselamatkan dan keluar dari neraka menuju surga-Nya. Ketika selesai semua, Nabi Muhammad SAW kembali lagi ke hadapan arash Allah SWT. Bersujud kembali dalam waktu yang lama di hadapan Allah SWT. Menangis kembali dalam waktu yang cukup lama sampai Allah SWT berkata,

"Ya Muhammad, bangkit bangkit. Apa yang kau inginkan?"

"Keluarkanlah umatku yang ada di dalam neraka, yang di dalam hatinya terdapat iman, walau sekecil biji sawi (zarrah)."

"Aku izinkan.."

Nabi Muhammad SAW kembali berlari ke neraka untuk menyelamatkan umat-umatnya yang di dalam hatinya terdapat iman, walau sekecil biji sawi (zarrah) dalam hatinya. Setelah itu, kembali lagi  ke arash  Allah SWT. Nabi Muhammad SAW kembali sujud, "Ya Allah..."

"Ya Muhammad, apalagi ya Muhammad? Bukankah Aku sudah menyelamatkan banyak dari umatmu?"

"Ya Allah, demi kasih sayang yang Engkau miliki, selamatkanlah umatku yang mereka tidak punya amal, kecuali hanya mengatakan :

 La Illaha Illallah...."

"Aku izinkan.."

Nabi Muhammad SAW kemudian berlari kembali ke neraka, menyelematkan kita atas izin dari Allah SWT, Sang Pencipta.

Apakah orang tua kita bisa melakukan itu di akhirat?
 Tidak.

Cinta yang paling besar dari Nabi Muhamamd SAW. Beliau tidak pernah melupakan kita, padahal kenal kita saja tidak. Jangankan kenal, bertemu saja belum pernah. Beliau tidak pernah memperdulikan apakah umat-umatnya hanya memiliki iman sekecil biji kurma, sekecil biji jagung, sekecil zarrah, Beliau sama sekali tidak memperdulikannya. Bagi Nabi kita, bagi seorang Nabi Muhammad SAW, yang terpenting hanyalah umatnya, umatnya, dan umatnya.

"Umatku ya Allah, Umatku. Selamatkanlah mereka ya Allah.."



MaShaAllah, Subhanallah, Allahu Akbar...

Aku rindu padamu ya Muhammad, Aku rindu padamu ya Muhammad, Aku rindu padamu..

اللهُمَّ صَلِّ وسلم على سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ




Love,
Sylvia