Kisah Uwais Al Qarni, Sang Penghuni Langit

10:03 PM

Diceritakan tentang seseorang yang tidak dikenal di bumi, namun terkenal di langit. Dia bernama Uwais Al Qarni, Sang Penghuni Langit. Uwais Al Qarni tinggal di Yaman. Uwais Al Qarni menderita penyakit sopak, penyakit yang menyebabkan tubuhnya belang-belang. Walaupun begitu, dia adalah pemuda yang shaleh dan sangat berbakti kepada Ibunya, seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais selalu memenuhi semua permintaan ibunya, kecuali satu yang sulit dikabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tidak akan lama lagi akan bersama dirimu. Ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan ibadah Haji."

Mendengar ucapan sang ibu, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh dan harus melewati padang tandus yang panas. Uwais hidup dalam kemiskinan, tanpa kendaraan apapun. Lantas, bagaimana dia bisa memenuhi permintaan ibunya?

Kemudian, Uwais pun membeli seekor anak lembu. Uwais pun membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi Uwais menggendong anak lembu itu naik turun bukit bolak-balik.

"Uwais gila, Uwais gila..." orang-orang menganggap aneh dengan tingkah laku Uwais.

Makin hari anak lembu itu semakin besar, dan semakin besar pula tenaga yang diperlukan oleh Uwais untuk menggendongnya. Tetapi, karena latian setiap hari, anak lembu yang semakin membesar pun tak terasa berat lagi baginya.

8 bulan berlalu, tibalah pada musim haji. Lembu Uwais pun mencapai 100 kilogram, begitu pula dengan otot Uwais yang semakin kuat. Dan ternyata, latihan yang dilakukan oleh Uwais tiap hari itu adalah usaha latihannya untuk bisa menggendong ibunya.

Ya. Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. 
Subhanallah...Begitu besarnya cinta Uwais pada sang ibu. Ia rela melakukan perjalanan yang jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya,

Syaikhul Jihad Abdullah Azzam: “Belum dikatakan berbuat baik kepada Islam, orang yang belum berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya.” 

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka'Bah. Ibunya terharu dan menangis sewaktu melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, si anak pun berdoa.

"Ya Allah ampuni semua dosa ibu."
"Bagaimana dengan dosamu, Uwais?
"Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga."

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya, demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” 
(HR Bukhari dan Muslim)

Allah SWT pun memberikan karunia yang besar untuknya. Seketika, Uwais sembuh dari penyakit sopaknya. Yang tertinggal hanyalah bulatan putih ditengkuknya. Uwais dan ibunya pun kembali ke Yaman.

Setelah itu, Uwais berencana untuk bertemu dengan Rasulullah. Ia pun pergi ke Madinah untuk mencari rumah dari Rasulullah. Setelah ditemukannya rumah Rasulullah, diketuklah pintu rumah itu seraya mengucapkan salam. Namun, Uwais tidak dapat bertemu dengan Rasulullah karena beliau sedang berada di medang pertempuran. Uwais hanya bertemu dengan istrinya, Siti Aisyah, r.a. 

Uwais sangat kecewa. Dalam hati, Uwais ingin sekali menunggu kedatangan Rasulullah. Tapi, ia teringat akan pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan tersebut, agar Ia cepat pulang ke Yaman.
"Engkau harus lepas pulang nak."
Akhirnya, karena dia sangat taat kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Rasulullah. Dia kemudian hanya menitipkan salam untuk Rasulullah melalui Siti Aisyah r.a. 

Peperangan usai dan Rasulullah pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Rasulullah bertanya kepada Siti Aisyah r.a tentang orang yang mencarinya. Rasulullah mengatakan bahwa Uwais anak yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit.

Mendengar itu, Siti Aisyah r.a dan para sahabat tertegun. Kemudian Siti Aisyah r.a mengatakan bahwa memang benar ada yang mencari Rasulullah dan segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak dapat meninggalkan si ibu terlalu lama. 

Rasulullah kembali mengatakan:
"Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya."

Setelah itu, Rasulullah memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab dan berkata, 

"Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi."

Waktu terus berganti dan Rasulullah wafat. Kekhalifahan Abu Bakar telah digantikan oleh Umar bin Khaththab. Suatu ketika, Khalifah Umar teringat akan sabda Rasulullah tentang Uwais Al Qarni. Beliau kembali mengingatkan sabda tersebut kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti. Suatu ketika, Uwais turut bersama mereka. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan tentang Uwais Al Qarni. Uwais ternyata saat itu sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar hal itu, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib segera pergi untuk berjumpa dengan Uwais.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang salat. Setelah mengakhiri salatnya dengan salam, Uwais menjawab salam Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Rasulullah tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah dengan segera membalikan telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan Rasulullah. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais.

Wajah Uwais nampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Rasulullah. Bahwa ia adalah penghuni langit. Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan dijawab, 

“Abdullah”. 
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
 “Nama saya Uwais Al Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. akhirnya Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memohon agar Uwais membacakan doa dan Istighfar untuk mereka.

“Saya lah yang harus meminta do’a pada kalian, bukan kalian yang meminta do'a kepada saya”. 
“Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda, Uwais."

Seperti dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, 

“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

MaShaAllah, Subhanallah, betapa luar biasanya hati dari Uwais Al Qarni. 
Begitu banyak orang yang ingin dirinya terkenal di bumi, tetapi Uwais Al Qarni memilih untuk tidak diketahui oleh orang-orang di bumi.

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Meninggalnya Uwais telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Berbondong-bondong orang menunggu untuk dapat memandikan jenazah dari Uwais, mengkafani jenazah dari Uwais, menusung jenazahnya, serta menggali kuburannya. 

"Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni?"
"Bukankah engkau hanya seorang fakir, yang tak memiliki siapa-siapa?"
"Bukankah dia hanyalah penggembala domba dan unta setiap harinya?

"Tapi, kenapa ketika dia wafat, penduduk Yaman gempar dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah yang begitu besar. Sepertinya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya?"

Ketika berita wafatnya Uwais Al Qarni tersebar kemana-mana, barulah penduduk Yaman mengetahui, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni tersebut. Selama ini tidak ada satu pun yang mengetahui siapa sebenarnya dia dikarenakan permintaannya sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib untuk merahasiakan dirinya. Barulah di hari wafatnya, mereka mengetahui sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah, bahwa Uwais Al Qarni adalah Penghuni Langit.

Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua.
Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai peranan kedua orang tua, Rasulullah pun bersabda,

"Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu."
(HR Ibnu Majah)

Mengenai berbakti kepada orang tua, Allah SWT pun berfirman dalam berbagai surah dalam Al-Qur'an, yaitu antara lain:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” 
(QS. Al-Isra : 23)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” 
(QS. Al-Isra : 24)

وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” 
(QS. Maryam: 14)

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32)

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” 

(QS. Maryam: 30-32)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” 
(QS. An Nisa’: 36)

Semoga kisah Uwais Al Qarni dapat menyadarkan kita semua, termasuk saya pribadi, bahwa betapa pentingnya kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan kita dalam berbakti kepada kedua orang tua kita, selama mereka masih hidup. Dan semoga kita dapat selalu membahagiakan kedua orang tua kita. 
Aamiin Ya Rabbal Alamiin..




Love,
Sylvia

You Might Also Like

0 Comments