Kisah Ashabul Ukhdud : Orang Beriman Dibakar Hidup-hidup dalam Parit
2:01 AM
Alhasil, dikisahkan adanya orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang beriman ini tetap teguh pada keimanan dan keyakinannya kepada Allah SWT, sehingga raja di masa itu marah dan kemudian membakar mereka hidup-hidup. Kisah ini dikenal dengan kisah "Ashabul Ukhdud". Suatu kaum yang dilaknat oleh Allah SWT. Dan kisah ini tertuang dalam Al-Qur'an.
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
(QS. Al Buruj:4-9)
Kisah ini kemudian diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya.
Dahulu hiduplah seorang Raja kafir dari golongan umat sebelum kalian. Ia mempunyai seorang tukang sihir. Tukang sihir itu pun meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya kepada Raja tersebut. Maka, seorang anak diutas padanya. Tukang sihir pun mengajari anak tersebut. Anak tersebut kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda dan tinggal pada suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir itu berada.
Di tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah seorang Rahib yang beriman kepada Allah SWT. Ia hidup mengasingkan diri dari masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai sesembahan.
Setiap kali pemuda tersebut melewati tempat rahib ini, ia tertarik mendengar ajaran-ajaran yang dianut rahib tersebut. Ia pun kemudian mempelajari dua ilmu yang tidak akan bersatu, ilmu sihir dan ilmu agama.
Suatu hari, pemuda tersebut melihat binatang besar yang menghalangi perjalanan manusia. Maka, pemuda tersebut ingin meguji : Manakah ajaran yang lebih utama, ajaran rahib atau tukang sihir?
Berdo'alah pemuda tersebut kepada Allah SWT.
"Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang dibawa oleh rahib daripada apa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, supaya manusia bebas dari gangguannya."
Ia kemudian melempar binatang tersebut dengan batu, sehingga binatang itu mati seketika. Pemuda itu kemudian yakin tentang keutamaan dan kebenaran ajaran sang rahib. Dia kemudian mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib pun berkata :
"Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya, engkau akan mendapatkan cobaan. Maka, jika benar demikian, janganlah menyebut namaku."
Waktu terus berlalu. Si pemuda menjadi orang terkenal yang mahir mengobati orang yang buta, sakit belang, dan berbagai penyakit lainnya. Suatu ketika, datang seorang pejabat yang sangat dekat dengan raja. Dengan membawa banyak hadiah, dia minta agar dapat disembuhkan kebutaannya.
"Hadiah-hadiah yang aku bawa ini kuberikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkanku."
"Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Allah lah yang menyembuhkan. Apabila engkau beriman kepada Allah, aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkan dirimu"
Kemudian pejabat itu beriman kepada Allah SWT dan Allah SWT menyembuhkan sakitnya. Pejabat kemudian pulang ke rumah dan bertemu raja. Raja begitu kaget melihat dirinya telah sembuh.
"Siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu?"
"Rabbku."
"Apakah kamu mempunyai Rabb selain aku?
"Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT."
Seketika itu pula ia disiksa dan terus disiksa sampai akhirnya ia menunjukkan keberadaan si pemuda yang terkenal tersebut. Pemuda tersebut ditangkap dan dihadapkan kepada Raja.
"Wahai anakku, sungguh sihirmu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan berbagai penyakit."
"Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Allah-lah yang menyembuhkan."
Pemuda itu kemudian disiksa dan akhirnya pemuda menunjukkan keberadaan sang rahib. Sang rahib kemudian ditangkap dan dipaksa untuk kembali ke agama sang raja.
Sang rahib menolak dan memilih tetap berada di agama Allah SWT. Maka, sang raja membunuh rahib dengan cara yang keji. Sang raja menggergajinya sehingga terbelah menjadi 2 bagian. Tidak berbeda pula dengan nasib sang penjabat, ia pun dibunuh dengan digergaji menjadi 2 bagian juga.
Kemudian giliran si pemuda. "Kembalikan pada ajaranmu."
Ia enggan. Kemudian pemuda itu diserahkan ke pasukan raja.
"Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu, dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajaranku, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.”
Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung.
Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.”
Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja.
“Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?”
“Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”
Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya.
"Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajaranku, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.”
Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a. “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.”
Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja.
“Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?”
“Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”
Dengan penuh pertimbangan, akhirnya si pemuda memberitahukan kepada raja cara membunuh dirinya, ia berkata kepada raja,
“Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian katakanlah ‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini’ dan panahlah aku dengannya.”
Sang raja pun melakukan perintah si pemuda. Ia menginginkan untuk segera menghabisinya. Raja tidak mengetahui rencana Allah yang Maha Mengetahui. Dikumpulkanlah manusia pada suatu tempat, ia ambil anak panah dari tempat anak panah si pemuda, kemudian ia panah si pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini.”
Anak panah melesat tepat mengenai pelipis si pemuda. Dengan izin Allah matilah pemuda itu di tangan raja. Namun tanpa diduga oleh raja, rakyat yang menyaksikan peristiwa ini pun serta merta beriman kepada Allah. Mereka mengatakan,
"Kami beriman dengan Rabb anak ini, kami beriman dengan Rabb anak ini."
Seorang penasihat berbisik kepada raja: “Lihatlah, apa yang tuan khawatirkan kini benar-benar terjadi. Orang-orang telah beriman semuanya (kepada Allah, Rabb-nya si anak muda)!”
Setelah itu raja memerintah agar dibuat parit di sekeliling tanah lapang itu. Setelah parit digali, api dinyalakan. Raja berkata: “Siapa yang tidak mau kembali dari agamanya (kepada agama aku), maka lemparkanlah dia kedalam (parit yang dinyalakan api)!” Atau dikatakan: “Terjunlah ke dalamnya!”
Maka mereka semua (yang beriman kepada Allah SWT) terjun ke dalam parit yang dinyalakan api tersebut. Tiba, giliran seorang ibu yang sedang menggendong bayi mungil. Wanita itu dipaksa untuk memilih antara dua pilihan. Ia masuk kedalam api tersebut dalam keadaan beriman kepada Allah SWT ataukah jiwanya selamat namun dia harus kembali kepada kekafiran.
Demi melihat kobaran api yang menyala, timbul dari dalam dirinya keraguan dan rasa takut untuk tetap berada dalam keimanan. Ia tidak tega melihat keadaan anaknya yang dalam gendongannya. Apakah jiwa yang masih suci ini harus mati bersamanya.
Allah SWT pun memberikan kemampuan kepada bayi tersebut untuk berbicara.
”Wahai ibuku! Bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran”."
(HR Muslim No. 3005)
Tatkala mendengar perkataan bayi tersebut, bulatlah tekad sang ibu untuk masuk ke dalam kobaran api mempertahankan keimanannya.”
Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah mereka ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal, bukanlah (Al Qur’an ini) sebagai ucapan yang diada-adakan, tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang terdahulu dan sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman.”
Kisah ini mengajarkan kita, terutama saya, bahwa hati kita ada di tangan Allah SWT. Allah SWT sesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberikan petunjuk pada siapa pun yang Dia kehendaki, layaknya si Pemuda tersebut. Allah SWT pun selalu memenangkan kebenaran dan menolong orang-orang yang selalu bersabar dan berpegang teguh pada kebenaran dan jalan-Nya. Semoga kita tergolong menjadi hamba-hamba-Nya selalu bersabar, yang akan selalu diberikan petunjuk oleh-Nya dan akan selalu berpegang teguh pada kebenaran, ajaran, dan jalan-Nya.
Aamiin Ya Rabbal Alamin...
Love,
Sylvia
1 Comments
Thanks sist 😍
ReplyDelete