Kisah Mabrurnya Pahala Haji Seorang Tukang Sol Sepatu Yang Batal Berhaji

11:05 PM

Dikisahkan oleh seorang ulama' masyhur di Makkah, Abu 'Abdurrahman Abdullah ibn al Mubarak al Hanzhali al Marwazi (Ibnul Mubarak). Suatu ketika, setelah selesai menjalani ritual ibadah haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit, dan mendengar percakapan keduanya.

"Berapa orang yang datang tahun ini (untuk haji) ?" tanya satu malaikat kepada malaikat lainnya.
"Tujuh ratus ribu jama'ah" jawab Malaikat yang satunya.
"Berapa banyak dari mereka yang diterima ibadah hajinya?"
"Tidak satupun"

Percakapan itu membuat sang Abdullah al Mubarak bergemetar.

Beliau menangis dalam mimpinya. "Semua orang - orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?"

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar percakapan kedua malaikat itu.

"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia, seluruh ibadah haji mereka diterima oleh Allah"
"Kenapa bisa begitu ?"
"Itu kehendak Allah"
"Siapa orang tersebut ?"
"Sa'id ibn Muhafah tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)"

Mendengar ucapan itu, Abdullah al Mubarak itupun langsung terbangun dari tidurnya. Sepulang haji, Beliau langsung menuju kota Damaskus, Syiria. Hatinya bergetar.

Sesampai beliau di kota Damaskus, Beliau langsung mencari sang tukang sol yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ia tanya, apakah ada tukang sol sepatu yang bernama Sa'id ibn Muhafah.

"Ada, di tepi kota" jawab salah seorang tukang sol sepatu sambil menunjuk arahnya.

Sampai disana, Beliau melihat seorang tukang sol sepatu yang berpakaian amat lusuh, "Benarkah anda bernama Sa'id ibn Muhafah ?" tanya ibn al Mubarak.

"Betul, siapakah tuan ?"
"Aku adalah Abdullah ibn al Mubarak"

Sa'id pun terharu, "Tuan adalah Ulama' terkenal, ada apa gerangan mendatangi saya?"

Sejenak, Ulama' itupun kebingungan, bagaimana ia akan memulai pertanyaanya. Akhirnya Beliau pun menceritakan perihal mimpinya.

"Saya hendak tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, dan membuat mabrur ibadah haji para jama'ah yang lain ?"

"Wah saya sendiri tidak tahu"

"Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"

Maka Sa’id ibn Muhafah pun bercerita, 

"Setiap tahun, setiap musim haji, saya selalu mendengar suara talbiyah: 'Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syariika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syariika laka' dan, setiap kali aku mendengar talbiyah itu, saya selalu menangis "ya Allah aku rindu Makkah. ya Allah aku merindu Ka'bah. Ijinkan aku datang, ijinkan aku datang ya Allah" 
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu. Setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan, hingga akhirnya pada tahun ini, saya memiliki 350 dirham, cukup untuk saya berhaji, saya sudah siap berhaji"

"Tapi anda batal berangkat haji"
"Benar"
"Apa yang terjadi?"

"Ketika itu, Istri saya hamil, dan mengidam. Waktu saya hendak berangkat, saat itu dia ngidam berat"
"Suamiku, apakah engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?"
"Iya, sayang"
"Cobalah kau cari, siapakah yang masak sehingga baunya begitu nikmat. Mintalah sedikit untukku"

"Kemudian saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Disitu tinggallah seorang janda dan enam anaknya. Saya mengatakan kepadanya, bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya"

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan, "tidak boleh, Tuan"

"Dijual berapapun akan saya beli"
"Makanan itu tidak dijual, Tuan" katanya sambil berlinang mata.
"Kenapa ?"

Sambil menangis, janda itu menjawab, "Daging ini halal untuk kami dan haram untuk Tuan"

Dalam hati saya, Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim. Karena itu saya mendesaknya lagi.

"Kenapa ?"
"Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah sama sekali tak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk kami masak, dan kami makan" Sesenggukan janda itu menjelaskan.

"Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram"

Pengharamannya disebutkan secara jelas dan tegas di dalam hadits dan bukan di dalam Al-Quran, tidak sekadar disebutkan kriterianya.

إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الأْهْلِيَّةِ فَإِنَّهَا رِجْسٌ
Sesungguhnya Allah dan rasul-Nya telah melarang kalian memakan daging himar ahli (keledai peliharaan), karena hewan itu najis (kotor).
(HR. Bukhari)
Mendengar ucapan tersebut, saya menangis, kemudian kembali pulang. Saya ceritakan perihal kejadian itu pada istriku, ia pun menangis. Hingga akhirnya, kami memasak makanan dan mendatangi rumah janda tersebut.

"Ini masakan untukmu" 

Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka. 

"Pakailah uang ini untukmu sekeluarga. Gunakanlah untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi"

Ya Allah ... disinilah Hajiku
Ya Allah ... disinilah Makkahku

Mendengar cerita tersebut, Abdullah al Mubarak pun tak bisa menahan air matanya.”Kalau begitu engkau memang patut mendapatkanya” Ucapnya.

MashaAllah, Subhanallah, Allah Maha Besar.
Sungguh luar biasa kisah dari Sa'id ibn Muhafah tersebut. Dia adalah hanya seorang tukang sol sepatu. Tetapi, keimanannya sungguh luar biasa. Dia begitu peduli dengan janda tersebut, bahkan dia rela memberikan uang yang telah ditabungnya untuk naik melakukan ibadah haji untuk diberikan kepada janda tersebut agar supaya janda tersebut dapat makan dari uang yang halal. Betapa luar biasa hati beliau. Apakah kita mampu melakukan seperti yang dilakukan oleh orang tersebut? Dari kisah ini dapat diteladani bahwa kita sebagai sesama umat, haruslah berbuat baik kepada siapapun itu. Karena kita tidak pernah tahu balasan apa yang akan kita dapatkan dari Allah SWT atas kebaikan yang telah kita lakukan tersebut. MaShaAllah...




love,
Sylvia


You Might Also Like

2 Comments

  1. Luar biasa..... kisah yg menginpirasi org-2 yg ber ulang-2 haji/umrah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca :)

      Delete